Rabu, 26 November 2008

Obama Rindu Nasi Goreng dan Rambutan





JAKARTA - ''Mr President, apa kabar?'' itulah ucapan pertama Barack Obama, presiden terpilih Amerika Serikat, saat kontak telepon dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mendengar sapaan khas bahasa Indonesia tersebut, SBY langsung menyahut dengan penuh keakraban, ''Alhamdulillah, baik.''Itulah kontak pertama SBY dengan Obama. Komunikasi kedua tokoh dunia tersebut berlangsung saat SBY transit 2,5 jam di Seattle, AS, dalam perjalanan pulang dari KTT APEC di Lima, Peru, kemarin. Obama menyempatkan berkomunikasi di tengah sibuk rapat mempersiapkan pemerintahannya nanti. ''Wah, pengucapan kata-kata Indonesia-nya masih sangat baik,'' ungkap SBY kepada wartawan yang ikut dalam rombongan itu. Yang membuat SBY juga terkesima adalah Obama lebih dulu menyapa dengan bahasa Indonesia. Obama yang menghabiskan empat tahun masa kecilnya di Jakarta tersebut, tampaknya, masih ingat pada bahasa ayah tirinya, Lolo Soetoro. Saat berusia enam sampai sepuluh tahun, Obama bersekolah di SD Katolik Fransiskus Asisi dan SD Negeri 01 Besuki (sekarang SDN Menteng 01) Jakarta Pusat. Dia mengikuti ibunya, Ann Dunham, yang menikah dengan Lolo.Dalam percakapan berikutnya, SBY mengucapkan selamat atas terpilihnya Obama dan menyampaikan harapan agar kerja sama Indonesia-AS terus ditingkatkan pada masa mendatang. ''Selain komitmen kami berdua untuk meningkatkan kerja sama ke depan, presiden terpilih Barack Obama menggarisbawahi pentingnya peran Indonesia,'' jelas SBY. Obama, kata dia, juga terus memantau langkah-langkah Indonesia dalam berbagai bidang. Termasuk dalam mengatasi krisis keuangan global dan climate change. ''Itu tentu memberikan harapan untuk masa depan Indonesia sekaligus kerja sama di antara kedua negara,'' ujarnya.Setelah berbicara resmi dengan bahasa Inggris, Obama kembali mengajak SBY berbahasa Indonesia. SBY pun mengundang presiden AS pertama keturunan Afrika tersebut ke Indonesia. ''Dalam kesempatan hadir di APEC tahun depan di Singapura, kami mengundang Mr President terpilih ke Indonesia,'' ungkapnya.



Sumber : Pare Pos

Selasa, 25 November 2008

Kenangan Yang Tak Terlupakan



Waktu berjalan terus seiring dengan arah jarum yang tak henti-hentinyanya berdetak siang malam. Setiap kali kulihat bule perempuan saat itu juga aku teringat si dia Kirsten Enders (nama samaran).

Si Dia adalah Dosen saya yang cantik, dia yang mengajar kami sebagai persiapan untuk melanjutkan studi ke Jerman, jadi setiap sore kami diajar dan disitulah kami sering bertemu dan banyak peristiwa yang terjadi (maaf tdk ditayangkan di sini).

Setelah itu dia sdh balik ke negaranya, tetapi satu bulan kemudian aq dikirim ke jerman dalam Integrieretes Deutschlehrerseminar fuer Deutsch als Fremdsprache selama 4 bulan lebih. Si dialah yang menjadi pendamping saya apabila kami sedang belajar di kelas, dia juga masih mahasiswa pada Maximilian-Universitaet. Dialah yang ditugaskan sebagai Begleiterin (pendamping)